Teknologi Rusia Siap Stop Semburan
(IST)
INILAH.COM, Jakarta - Hasil kajian tim ilmuwan Rusia menemukan sejumlah fakta menarik. Salah satunya terkait serangkaian gempa di Yogyakarta dengan peristiwa itu. Rusia pun menawarkan teknologi baru menghentikan semburan.
Hasil kajian tim ilmuwan Rusia seperti dikemukan Wakil Direktur Eksekutif Institute of Electro-Physical Problems Rusia, Dr Igor Kadurin antara lain menemukan Lumpur Sidoarjo (Lusi) merupakan pengaktifan kembali struktur gunung lumpur yang terbentuk ribuan tahun lalu.
Igor mengungkapkan hal itu dalam sebuah diskusi di sebuah sudut kota Moskwa. Acara yang berbarengan dengan santap makan malam bersama itu terlihat hangat bahkan diselingi beberapa kali toast (bersulang) penuh persahabatan dengan satu sloki penuh nemiroff (sejenis vodka khas Ukraina).
Menurut tim Rusia, semburan Lusi dipicu serangkaian peristiwa gempa yang dimulai sekitar 10 bulan sebelumnya hingga berpuncak pada gempa Yogyakarta. Mereka juga melihat ada dua jalur mud volcano di Lusi dan letaknya terpisah dengan sumur pengeboran Lapindo.
Sebagai solusi, Igor menyarankan perlunya dilakukan monitoring kontinyu terhadap perilaku Lusi, sehingga kemungkinan terjadinya semburan di masa depan bisa diantisipasi agar tidak mengganggu masyarakat di sekitar lokasi.
“Mud volcano Lusi akan meluruh dengan sendirinya dan tidak tertutup kemungkinan ’tidur’ untuk sementara waktu. Tapi suatu waktu kelak dia akan muncul lagi dengan semburan yang bisa saja lebih dahsyat,” ungkapnya, seperti dikutip dari Suara Pembaruan, baru-baru ini.
Karena itu, perlu studi lebih lanjut untuk memastikan siklus kemunculan Lusi. Teknologi poligon yang dikembangkan Rusia sejak era Perang Dingin bisa diaplikasikan untuk tujuan tersebut.
Menanggapi paparan tim pimpinan Igor Kadurin, Wakil Ketua Badan Penanganan Lumpur Sidoarjo (BPLS), Prof Dr Hardi Prasetyo APU menyatakan menyambut baik hasil kajian dan tawaran teknologi dari Rusia tersebut. Ia berharap kajian ilmuwan Rusia yang terkenal sangat maju di bidang ilmu geologi bisa menjadi jembatan atas dua pandangan yang berbeda mengenai penyebab Lusi.
“Alangkah idealnya bila teknologi poligon itu bisa dipakai untuk memahami lebih jauh aktivitas di bawah permukaan Lusi. Saya akan menjelaskan teknologi ini ke pihak-pihak terkait di Indonesia. Siapa tahu kelak teknologi itu bisa digunakan menangani Lusi,” katanya.
Menurut Hardi, pihaknya sangat tertarik dengan teknologi poligon karena selama ini BPLS belum punya teknologi untuk memantau kondisi di bawah permukaaan Lusi.
“Tujuan utama saya datang ke Rusia ini adalah mencari tahu teknologi di bidang geologi yang mereka punyai,” papar Hardi yang akhir Juli lalu sukses menancapkan bendera Merah Putih di “puncak gunung” hasil semburan Lusi.
Ia mengakui, analisa tim Rusia bahwa Lusi adalah bencana alam merupakan hak ilmiah. Di Indonesia para ilmuwan masih terbelah dua. Yang satu menuding faktor manusia sebagai penyebab, yang lain menyatakan murni faktor alam. “Biarlah waktu yang akan membuktikannya, karena pandangan ilmiah tidak bisa divoting,” imbuhnya.
Ia mengakui, saat ini semburan Lusi telah jauh berkurang kekuatannya. “Bila di masa-masa awal semburan bisa mencapai 180 ribu meter kubik sehari, kini tinggal 15 ribu meter kubik sehari. Selain itu, bila dulunya komposisi semburan 30% lumpur dan 70% air, kini hampir 100%. [bersambung]
Jangan Lupa Jempolnya :
Berikan Tanggapan Anda .....
0 Respones to "Teknologi Rusia Siap Stop Semburan"
Posting Komentar